:: SUGENG RAWUH :: SELAMAT DATANG :: ANYONGHASEYO ::
vHe music
Jumat, 01 Oktober 2010
Minggu, 26 September 2010
Kamis, 01 Juli 2010
Hurt - Christina Aguilera
Diposting oleh vhe jenkkellind di 23.27Seems like it was yesterday when I saw your face
You told me how proud you were, but I walked away
If only I knew what I know today, ooh, ooh
I would hold you in my arms, I would take the pain away
Thank you for all you've done, forgive all your mistakes
There's nothing I wouldn't do to hear your voice again
Sometimes I wanna call you but I know you won't be there
Oh, I'm sorry for blaming you
For everything I just couldn't do
And I've hurt myself by hurting you
Some days I feel broke inside but I won't admit
Sometimes I just wanna hide 'cause it's you I miss
And it's so hard to say goodbye when it comes to this, ooh
Would you tell me I was wrong? Would you help me understand?
Are you looking down upon me? Are you proud of who I am?
There's nothing I wouldn't do to have just one more chance
To look into your eyes and see you looking back
Oh, I'm sorry for blaming you
For everything I just couldn't do
And I've hurt myself, oh
If I had just one more day
I would tell you how much that I've missed you
Since you've been away
Oh, it's dangerous
It's so out of line
To try and turn back time
I'm sorry for blaming you
For everything I just couldn't do
And I've hurt myself
By hurting you
Rabu, 02 Juni 2010
Menghilangkan Virus Autorun.Inf pada Flashdisk
Diposting oleh vhe jenkkellind di 23.29Dulu, setiap kali menemukan autorun.inf, maka dengan mudah saya bisa menghapusnya dari flashdisk. Namun, beberapa waktu kemudian file autorun.inf ini berkembang menjadi file yang tersembunyi (baca: hidden), sehingga aplikasi explorer harus selalu diaktifkan dengan mode yang dapat menampilkan file-file yang disembunyikan. Cara inipun masih cukup efektif untuk mengetahui kehadiran file autorun.inf dan sekaligus dapat dimusnahkan dengan cara dihapus dengan mudah. Belakangan, ternyata file autorun.inf ini sudah diberi kemampuan baru, yakni menjadi file “system” dan sama sekali tidak bisa dirasakan kehadirannya secara visual, bahkan oleh antivirus sekalipun.
Meskipun virus ini kasat mata, namun aksinya masih dapat dirasakan ketika flashdisk ditancapkan ke port USB, maka program akan menawarkan untuk menjalankan aplikasi pada flashdisk secara otomatis. Berarti, di dalam flashdisk tersebut telah ada file yang dapat berjalan secara otomatis.
File autorun.inf sendiri adalah file yang bisa ditulis dengan teks biasa, dan berisi informasi mengenai file apa yang harus dijalankan oleh komputer ketika sebuah media penyimpanan removable dibaca oleh komputer. Misalnya sebuah CD Multimedia Interaktif yang diberi file autorun.inf dapat berjalan secara autoplay tanpa harus diperintahkan. Rupanya kemampuan ini sekarang banyak disalahgunakan oleh para “ahli” virus untuk melancarkan aksinya.
Berikut ini adalah langkah yang cukup praktis untuk menghilangkan file : autorun.inf yang tidak terdeteksi :
1. Boot komputer dengan modus Safemode.
2. Jalankan aplikasi Command Prompt (Start > Run > cmd.exe) Bisa juga (Start > All Programs > Accessories > Command Prompt)
3. Ketikkan drive USB tersebut (misalnya E: kemudian tekan [Enter])
4. Ketikkan ATTRIB -R -A -S -H AUTORUN.INF, kemudian tekan [Enter]
5. Ketikkan DEL AUTORUN.INF, kemudian tekan [Enter]
Setelah selesai, komputer dapat di Restart dalam mode Normal.
Penjelasan:
ATTRIB adalah modul yang dipergunakan untuk mengubah atribut sebuah file.
-R adalah perintah untuk menghilangkan mode “Read Only”
-A adalah perintah untuk menghilangkan mode “Archive”
-S adalah perintah untuk menghilangkan mode “System”
-H adalah perintah untuk menghilangkan mode “Hidden”
DEL adalah perintah untuk menghapus file
Demikian, mudah-mudahan informasi ini dapat membantu.
sumber http://devoav1997.webnode.com
Minggu, 30 Mei 2010
Berharap untuk Kecewa
Diposting oleh vhe jenkkellind di 20.25Pagi-pagi buta saya sudah dibangunkan oleh anak saya. Kalau bukan karena menginjak ponsel saya, mungkin saya tidak tahu kalau pukul tiga pagi ada sms masuk dari saudara kandung saya.
Ia mengirimkan pesan dengan lirik lagu,
“Ingat Mi, lagu lama. Satu hal yang kutahu bila percaya Tuhan Allahmu akan memenuhi semua saat Dia menolongmu dalam kegelapan tiada hal yang mustahil, bila percaya Tuhan Allahmu akan memenuhi semua Saat Dia menolongmu dalam hidup ini
Kupercaya… percaya saja, S’rahkan hidupmu, s’rahkan k’uatirmu Kupercaya… Dia pliharaku Bersyukur pada-Nya, kuagungkan Engkau, Tuhan”
Saya yang masih mengantuk kala itu langsung menangis. Saya sangat suka lagu itu, dengan liriknya yang sederhana, tidak puitis, tetapi sangat sarat makna. Lagu yang sudah terlupakan dan diingatkan kembali oleh adik saya.
Lagu itu sangat menyentuh saya yang memang sedang terus berharap, terus bergumul dengan berbagai masalah penting yang saya rasakan membuat saya mandek dan tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu… berharap… tidak khawatir… mengemis belas kasihan orang… dan terus bekerja walaupun hasilnya tetap belum nampak.
Sejenak saya masih menangis serta terdiam. Barulah saya coba membalas pesan singkatnya yang dapat memuat lagu dahsyat itu,
“Terima kasih ya… Aku percaya kok…
Satu hal dalam tangis selalu aku bertanya pada Dia
Apa yang salah pada diriku sehingga aku harus menghadapi hal begini terus.
Jawaban-Nya, ‘Tidak ada yang salah dari semuanya, yang salah hanyalah satu, bila kamu berhenti berharap’ Walaupun hasil berharap itu adalah kekecewaan, Tetapi ternyata dalam kecewa itu aku lebih belajar berharap”
Beberapa hari yang lalu, saya sepertinya diberi kesempatan untuk nonton film lama, judulnya ‘Front of the Class’. Film ini diambil dari kisah nyata seorang guru yang bernama Brad Cohen yang berjuang untuk cita-citanya menjadi guru. Cita-cita itu mungkin akan mudah ia raih seandainya ia bukanlah penderita sindrom Tourette yaitu penyakit syaraf yang menyerangnya tatkala ia sedang emosi (emosi bisa senang, sedih, marah). Dengan menyandang sebagai penderita sindrom tourette, ia seringkali membuat suara-suara aneh yang keluar dari mulutnya tatkala berbicara sehingga bayangkan saja saat ia sekolah, ia dianggap mengganggu konsentrasi teman-temannya yang belajar. Terkadang kakinya refleks menendang-nendang sesuatu. Segala sesuatu yang tidak dapat dikendalikannya kecuali jika ia tenang. Namun sebagai penyandang cacat, mana bisa hidupnya tenang. Latar belakang orang tua yang bercerai yang menyebabkan timbulnya sindrom ini pada dirinya.
Singkat cerita, ia sudah pernah mengalami segala bentuk pelecehan. Dari yang dianggap kerasukan, mabuk, dilihat sebagai orang aneh di tempat umum akibat suara yang dibuatnya, dan kini harus berjuang untuk pekerjaannya. Sebagai lulusan dengan predikat cum laude, Brad yang cerdas ini seharusnya memang mudah mendapat pekerjaan, tetapi sekali lagi dengan susah payah ia harus mengirimkan lamaran sampai 25 sekolahan di wilayah tempat tinggalnya.
Brad seperti orang gila yang ditolak di mana-mana, interview yang melecehkannya membuat ia patah semangat. Tetapi di setiap panggilan yang ia terima ia SELALU BERHARAP. Saya ingat satu kalimatnya saat ia menerima panggilan interview yang paling dianggap berkualitas dibandingkan interview sebelumnya, dalam ruang tunggu Brad mengatakan pada dirinya, “Entahlah… walaupun harus merasa kecewa beratus-ratus kali, tetapi tidak ada yang bisa membuat kita berhenti berharap… sepertinya itu memang sudah seharusnya”. Saat melihat dia menyatakan kalimat itu, saya menangis tergugah.
Brad akhirnya dapat belajar dari arti kata kecewa terhadap penyakitnya. Dibantu murid-muridnya yang sudah belajar hidup dengannya membantunya mendefinisikan apa yang ia telah pelajari dari sakitnya,
“Engkau belajar tidak putus berharap!”
“Engkau belajar untuk menjelaskan kepada orang entah mereka mau mengerti atau tidak”
“Engkau membuat dirimu hidup berkualitas walaupun kau sakit”
Dan satu kalimat yang membuat orang banyak terdiam kala satu anak kecil (muridnya) mengatakan,
“Kau belajar untuk tetap bertahan hidup!”
Begitu banyak pelajaran yang didapat dari kekecewaan hidupnya. Kalimat tadi disampaikan tatkala Brad Cohen menerima penghargaan sebagai guru baru terbaik di wilayah negara bagiannya di Amerika. Dan menyusul berbagai penghargaan lainnya karena dedikasinya sebagai guru yang diteladani murid-muridnya, semua siswa mencintainya walaupun dengan kondisi demikian.
Dari pelajaran film tersebut saya menarik kesimpulan, ternyata banyak pelajaran dari kata ‘BERHARAP’. Dalam kitab suci juga ada kalimat, “Kuatlah di dalam pengharapan…” Ternyata memang harapan itu menguras seluruh sendi dan kekuatan mental seorang manusia. Banyak yang menjadi menyerah karenanya. Karena harapan seringkali memang menghasilkan kekecewaan.
Saya ingat ada beberapa orang yang selalu mengatakan,
“Apakah sebaiknya kita tidak terlalu berharap, jadi kalau hasilnya memang tidak sesuai harapan, kita tidak akan kecewa”
Ada yang akhirnya mengatakan,
“Saya tidak pernah bikin target apa-apa, takut tidak kesampaian, malah kecewa”
Jika saat ini anda termasuk yang mengklaim bahwa berharap berbuah kecewa sehingga urung terus berharap di dalam beberapa hal, saya ingin berbagi sedikit saja tentang arti kekecewaan. Sadarkah bahwa sebenarnya kita saat ini dapat hidup bernafas, tegak berdiri, bekerja, berkeluarga, berbisnis, itu adalah buah manis dari kekecewaan masa lampau??
Mungkin dulu ada yang kecewa karena selalu tidak menjadi orang pandai di sekolah, tetapi coba Anda lihat hasilnya sekarang pada dirimu! Sebenarnya sudah Anda kelola kecewamu menjadi ketegaran dan semangat juang lebih dibandingkan teman-temanmu yang Anda rasa lebih pandai.
Mungkin dulu ada yang pernah merasa patah hati, namun jika saat ini Anda sudah menikah… Bukankah kau mencoba mengobati kekecewaan masa lampaumu menjadi hubungan yang lebih solid.
Mungkin dulu ada yang kecewa tidak dapat memilih profesi atau cita-cita yang diinginkannya, tetapi ternyata Anda mendapat bidang yang ternyata Anda rasa sangat cocok dan nyaman saat ini.
Mungkin Anda benci dengan penampilan Anda, tetapi akhirnya Anda terampil membuat orang lain tidak melihat penampilan Anda, tetapi karya Anda sehingga orang pun tak pernah mempersoalkan tinggi pendeknya Anda, kurus gemuknya Anda, atau segala macam kekurangan yang ada.
Semua itu dapat terlalui karena adanya kekecewaan. Tidak ada satu manusiapun yang tidak terbentuk dari ujian yang meruntuhkan kepercayaan diri, waktu yang serasa lambat yang menggusarkan, serta pelbagai macam sakit hati. Namun tanpa kekecewaan, orang tidak akan pernah belajar, tanpa kecewa orang akan terus berharap pada manusia yang cenderung menyakitinya, tanpa kecewa orang tidak tahu mana salah dan mana yang benar, tanpa kekecewaan orang tidak pernah tahu jika pilihan yang dulu sudah dimentahkan adalah satu pilihan yang tepat.
Jadi apa yang salah dari kekecewaan sehingga kita takut menghadapinya?? Tidak ada! Betul apa suara dari-Nya pagi tadi yang mengatakan kepada saya,
“Yang salah hanya satu, anak-Ku… jika kamu berhenti berharap. Jangan takut akan kekecewaan sebagai hasilnya, karena jika kau takut kecewa, berarti kau takut berharap. Jika kau tidak berharap… maka dirimu tidak akan terbentuk sempurna”
Seperti Brad Cohen, seperti orang-orang yang sudah terus dikecewakan namun tak bisa berhenti berharap, saya pun memilih terus berharap, walaupun hasilnya untuk suatu kekecewaan. Kita tak pernah tahu maksud Allah, tetapi yang aku tahu saat aku berharap dan menjadi kecewa… berarti Tuhan membuatku sepuluh atau seratus langkah maju untuk mencapai nilai yang lebih baik dalam hidupku di mata-Nya.
-nn-
SERAHKAN HIDUPMU PADA-NYA
Diposting oleh vhe jenkkellind di 20.24
Di depan gerbang sebuah jembatan di salah satu kota Eropa, duduklah seorang peminta-minta yang buta. Untuk mencari nafkahnya, ia setiap hari duduk di situ sambil memainkan biolanya yang sudah usang. Di depannya terletak sebuah kaleng kosong dan dia mengharapkan belas kasihan dari orang-orang yang lalu lalang di depannya, dan melalui permainan biolanya, orang-orang akan memberinya sedikit uang. Demikianlah pengemis miskin ini melakukan kebiasaannya setiap hari.
Pada suatu hari, seorang yang berpakaian sedikit rapi dan berjubah panjang, datang menghampiri pengemis tadi dan meminta agar pengemis itu meminjamkan biola usangnya. Tentu saja dengan sigap pengemis itu menolak dan berkata, “Tidak!! Ini adalah hartaku yang paling mahal!!”. Pendatang ini tidak putus asa, dan terus membujuk si pengemis agar mau meminjamkannya biola tersebut hanya untuk sebuah lagu. Akhirnya muncul rasa kepercayaan pada pengemis buta itu, dan dengan perlahan ia memberikan biola tuanya kepada pendatang tersebut.
Pendatang tersebut mengambil biola tua itu dan mulai memainkan sebuah lagu dengan begitu merdu. Suara biola yang begitu halus di tangan si pendatang membuat orang yang lalu lalang berhenti dan mereka mulai berkeliling mengelilingi si pendatang dan pengemis tersebut. Begitu merdunya lagu dan bagusnya permainan biola si pendatang tersebut membuat semua orang terdiam, dan si pengemis buta ternganga tanpa dapat berkata-kata.
Kaleng yang tadinya kosong kini telah penuh dengan uang, dan lagu demi lagu telah dimainkan oleh si pendatang tersebut. Akhirnya ia pun harus mengakhiri permainannya, dan sambil mengucapkan terima kasih, ia mengembalikan biola tersebut kepada si pengemis. Si pengemis sambil berurai air mata, dan dengan gemetar bertanya: “Siapakah anda orang budiman?”.. Si pendatang tersenyum dan dengan perlahan menyebutkan namanya, “Paganini”.
Semua orang terdiam. Seorang maestro biola yang bernama Paganini, telah memberikan banyak berkat kepada sang pengemis yang telah memberikan harta kesayangannya untuk dipergunakan oleh sang maestro, betapa menakjubkan!
Ada sebuah jaminan berkat bagi siapa saja yang mau menyerahkan tenaganya, hartanya, talentanya, kepada sang ‘Maestro’ kita yaitu Tuhan sendiri.
-nn-
MENUNGGU
Diposting oleh vhe jenkkellind di 20.23Menunggu umumnya bukan suatu kegiatan yang menyenangkan, dan biasanya jauh dari produktif. Maka mungkin kurang tepat juga disebut sebagai kegiatan. Orang tidak dengan sadar mau menunggu, itu hanya dilakukan karena dipaksa oleh keadaan. Apalagi bila menunggu cukup lama, di tempat yang tidak mengenakkan, dan dalam keadaan kita sakit atau lelah, menunggu terasa lebih berat. Ditambah lagi bila kepastian hal yang ditunggu tidak jelas dan tidak tampak progress yang berarti. Jaman yang serba tergesa-gesa oleh persaingan hidup dan serba instan ini membuat sebisa mungkin orang menghindari menunggu. Namun kebanyakan kegiatan menunggu menguji kualitas kesabaran kita. Menunggu antrian di bank sementara pekerjaan di kantor masih menumpuk, atau menanti di ruang tunggu rumah sakit dalam keadaan tubuh yang lemah karena sakit, seringkali membuat kita merasa tidak berdaya. Seiring dengan kesabaran yang mulai menipis, kemarahan dan gerutu pun mulai menebal.
Sayangnya dalam setiap dalam setiap episode kehidupan, pasti ada saatnya kita harus mengalami saat-saat menunggu. Lamanya bervariasi, bisa hanya lima belas menit antri membayar di kasir yang itupun sudah cukup membuat kita resah. Bisa juga sepuluh tahun bila yang ditunggu adalah pertobatan seorang anak atau kehadiran sang buah hati dalam sebuah pernikahan. Menunggu menjadi lebih ringan jika kita mempunyai pengalih perhatian yang produktif atau ditemani seseorang dan / atau situasi yang menyenangkan, sehingga kita tidak bete atau mati gaya, istilah anak muda jaman sekarang. Namun bagi saya itu tidak harus, setelah apa yang saya lihat di sebuah hari yang terik di sudut kota Bandung mengubah cara pandang saya terhadap suatu penantian dan kegiatan terpaksa yang bernama menunggu.
Siang itu, sambil berjalan di antara kerumunan pengunjung yang berbelanja di pasar Simpang, Bandung, saya melihatnya. Seorang bapak tua yang duduk berjongkok di trotoar jalan masuk menuju jalan Cisitu. Nampaknya tubuhnya yang kurus kering membuatnya tidak sulit untuk bertahan dalam posisi jongkok dalam waktu yang lama. Yang membuat saya trenyuh adalah benda yang ditungguinya dengan sabar di hadapannya. Sebuah timbangan badan. Dan wajah rentanya itu. Begitu pasrah, tenang, dan sabar. Bapak itu tidak tampak diburu apapun, bahkan di mata saya ia tampak tidak memerlukan apapun. Wajahnya begitu damai, walau nampak gurat kelelahan dan kegerahan.
Timbangan badan. Di tengah hilir mudik manusia dengan berbagai kepentingan dan urusan yang seolah tidak dapat ditunda lagi atau disela barang sedetikpun. Di tengah kebutuhan perut-perut lapar yang harus segera diisi. Dan panas terik matahari siang yang membuat orang ingin segera sampai ke tempat tujuan. Tak seorangpun rasanya di antara manusia-manusia yang sibuk berlalu lalang itu akan terpikir untuk menghampiri bapak tua itu dan menimbang berat badannya.
Saya menelan ludah, terasa kering dan tercekat. Hawa kemisikinan dan ketidakberdayaan tiba-tiba terasa begitu pekat menyekap hidung saya sehingga saya merasa tarikan napas di dada menjadi berat. Gerahnya udara kemarau Bandung seolah menambah rasa ketidakberdayaan itu. Tetapi kesabaran Bapak itu menunggu, dalam kepasrahannya, dalam usahanya yang begitu bersahaja, terasa menyejukkan hati saya sampai ke dalam tulang. Betapa cengengnya saya kalau harus menunggu sebentar saja. Gelisah mencari cara agar proses penantian itu bisa dikurangi semaksimal mungkin atau kalau perlu dipangkas sekaligus. Semuanya harus cepat dan efisien. Tetapi ingatan dan kenangan saya akan bapak tua yang menyewakan timbangan badan demi sepeser seratus rupiah untuk setiap pelanggan, di tengah teriknya mentari kota besar, dengan kesabaran dan ketenangan hingga ke ujung hari, telah mengubah cara pandang saya kepada sebuah proses menunggu. Menunggu melatih kesabaran jiwa, sebuah kesempatan untuk menemukan kembali jati diri kita yang sesungguhnya. Yaitu jati diri manusia yang dinilai karena ikhtiarnya, ketegarannya, dan kerelaannya, untuk menjalani hidup dan tantangan di dalamnya dengan mawas diri dan kerendahan hati.
Caecilia Triastuti
San Donato, 20 Agustus 09
kisah iNsipirasi berjuduL "AUTIS "
Diposting oleh vhe jenkkellind di 20.15
KENAPA SIH GAK BOLEH BECANDA PAKE KATA ....."AUTIS LO!!"??
=Written by A mother of an Authistic Child=
Siang itu aku sibuk membaca buku resep makanan khusus untuk anak autistik. Ya, Anakku memang tidak bisa makan sembarang makanan. Salah-salah? anakku bisa berputar-putar seperti gasing jika ada zat dalam makananya yang tidak cocok untuk dikonsumsi oleh anakku.
Ditangan sebelah kiri, ada buku Food diary anakku? yang aku tulis sejak pertama kali dia kuperkenalkan pada makanan padat? berisi apa saja yang dia cocok untuk tubuhnya,? reaksi alergynya dan mana saja makanan yang tidak cocok dan menyebabkan dia overwhelmed. Kebayang gak??
Diusia 4 bulan misalnya, kuberikan jeruk bayi pada anakku,? Eh, gak lama kemudian dia muntah dan seluruh tubuhnya seperti dipenuh ULAT BULU. hiiii...
Pernah aku beri dia tomat. Tapi kemudian, berhari-hari dia diare dan uring-uringan. Kuberi dia susu instant anakku malah jingkrak2, Mengepak-ngepakkan tangannya, persis seperti orang gila!!! Dia berputar-putar tanpa merasa lelah, dan kemudian mengamuk ketika tidak mengerti bagaimana cara
mengendalikan tubuhnya yang tidak mau diam.
Ahhh, sudahlah? life must go on anyway. Kulirik sekali lagi food diarynya.. hmm, hari ini aku harus mencoba memberinya 5ml putih telur tanpa kuningnya, karena 7 hari yg lalu, dia sudah sedikit kebal ketika kukenalkan pada telur ayam ini.
Baru saja hendak memasak, tiba2 kudengar jeritannya? Kucari anakku, tapi tidak kutemukan.
Aku keruang setrika? dan disana kutemukan anakku sedang nangkring diatas lemari, dengan setrika panas yang baru saja dicabut oleh BS-nya karena kupanggil untuk membantuku memasak.
Setrika panas ini masih nempel di atas punggung tangan kirinya.!!!
Oh? My? God!!! *panik*
Dari punggung tangannya mengepul asap. Bau daging panggang begitu segar menempel dihidungku. Kuangkat setrika itu dari tangannya? dan, aduh Tuhan, aku tidak kuat melihatnya. Sebagian dagingnya menempel dibalik gosokan panas itu? :(( :(( :((
AAAAAARRRRGGGHHHH?
Sumpah kalau saja ini bukan anakku,? Aku pasti sudah mati berdiri karena ketakutan? Melihat daging dari punggung tangannya, yang menempel pada setrika itu. Itu sudah berubah menjadi putih kekuningan. Dan luka di tangannya? juga sudah berubah menjadi putih seperti daging ayam matang :((
Aku menjerit sekencang-kencangnya. Kupanggil Baby sitternya yang tadi aku suruh untuk membantuku didapur lalu dengan kesetanan, ku kebut mobilku ke UGD Rumah Sakit, untuk dirawat secara intensif. Begitu anakku segera tertangani? tiba2 aku kehilangan seluruh tenagaku.
AKU PINGSAN!!!
* * *
Hari itu, lagi-lagi aku sedang mempersiapkan makanannya. Memang khusus untuk makanannya, aku memutuskan untuk memasak sendiri, karena hanya aku yang tahu berapa gram atau mililiter porsi makanan yang masih bisa ditoleransi oleh tubuh anakku.
Sedang membersihkan kompor yang kecipratan makanan? tiba-tiba, lagi-lagi kudengar bunyi benda jatuh. GEDEBUK!!!?
Buru-buru kucari sumber suara itu, memastikan bahwa itu bukan anakku?
Damn. Oh Tuhan? lagi-lagi anakku, dia baru saja terjatuh dan sepertinya kepalanya terantuk pada pinggir tembok, sehingga kepala sobek dan berdarah. Dia masih berusaha berdiri, meskipun sempoyongan. Dan sambil berjalan, dia menggaruk luka di kepalanya yang bocor? Sementara darahnya terus aja mengucur deras, tepat di belakang otak kecilnya.
Tangannya berlumuran darah? Punggung bajunya pun juga sudah berubah menjadi merah oleh darah. Tapi dia tidak menangis? Dia hanya berjalan sambil menggaruk luka menganga yang ada dibelakang kepalanya. Aku menjeritttt sekuat2nya. Kepalanya kututupi dengan lap kompor yang tadi aku pegang.
Tapi itupun gak lama? karena dalam sekejap, lap kompor itu sudah berubah menjadi merah kehitaman. Aku berteriak panik,? "mbak, minta handuk? handuk? CEPATTTT!!!"
Dan lagi2 kukebut mobilku ke rumah sakit, langsung menuju UGD. Disana, dokter yang sudah terbiasa menangani anakku sudah siap menunggu dan segera menjahit kepala anakku.
Dia tidak menangis? hanya minta sesuatu yang bulat untuk dia pegang. Dan setelah dijahit dengan 8 (delapan) jahitan? Hatikupun sedikit lega. Seluruh persendianku serasa dicopot dari tubuhku, dan tanpa sadar lagi-lagi aku PINGSAN.
* * *
Terlalu banyak cerita haru dan berurai airmata yang kami harus jalani. Berkali-kali jantung kami harus terpacu 100x lipat manakala mereka melakukan hal-hal yang tanpa mereka sadari mencelakai diri mereka sendiri.
Tapi ini bukan keluhan kok, karena saya selalu sadar. Tuhan itu ARSITEK YANG AGUNG. Karyanya tidak pernah gagal. Tidak satupun makluk yang diciptakannya, yang merupakan produk gagal. Jadi ketika dia menciptakan seorang bayi yang memiliki kekurangan, dia tidak pernah lupa untuk menitipkan
KELEBIHAN pada anak ini.
So, buat semua orang tua, berhentilah mengeluhkan kekurangan anak kita, mari bantu mereka untuk menemukan kelebihan mereka.
Anakku memang Autistik, tapi aku bangga setiap kali menceritakan bahwa anakku autis. Aku bangga setiap kali menceritakan bagaimana proses menangis berdarah-darah itu, sudah Tuhan rubah menjadi Senyum sukacita dan bangga yang luar biasa.
Selalu ada haru yang menyesakkan dadaku, manakala mendengarkan tangan2 mungilnya menari2 dengan lincah diatas tuts2 piano, mendengarnya bercakap2 dalam bahasa Inggris, seolah yang kudegar
ini adalah anak bule asli yang nyasar dalam tubuh putriku.
Namun, dibalik itu walaupun bangga selalu tersisa rasa risih dan tidak nyaman, kalau tidak ingin dibilang
tersinggung? manakala mendengar orang-orang bercanda dengan menggunakan kata "Autis".
Minggu yang lalu sahabat saya menyelenggarakan pesta ultah disebuah resto terkenal, salah satu teman kami, sibuk dengan BB-nya, sehingga teman yang lain menegur begini?
"Tuh, liat tuh sill...autis banget khan dia?? KAYAK ANAK LOE khan?? Loe marahin deh sil? marahin sil? Coba loe terapi dulu nih dia,? biar sembuh kayak anak loe" Dan semua lalu tertawa terbahak-bahak?
Saya??? hmmm? Cuma bisa senyum kecut, karena tidak ingin merusak suasana Pesta Ulang Tahun sahabat saya? *doh*
Well, saya tahu mereka hanya bercanda, namun biar bagaimanapun, saya sudah merasakan dan tahu betul sulitnya membesarkan anak autistik.
Semoga artikel ini semakin mencerahkan teman-teman mengapa orang sepertinya terlalu over campaign dengan gerakan "Stop Using Autism on our daily jokes" ini.
Semoga berkenan.
TroubLe is A FriEnd
Diposting oleh vhe jenkkellind di 19.58
Trouble will find you no mater where you go.
No Matter if you're fast no matter if you're slow.
The eye of the storm and the cry in the morn.
Your fine for a while but then start to loose control.
He's there in the dark,
he's there in my heart,
he waits in the winds
he's gotta play a part.
Trouble is a friend,
yeah trouble is a friend of mine. oh oh!
Trouble is a friend but trouble is a foe, oh oh.
And no matter what I feed him he always seems to grow, oh oh.
He sees what I see and he knows what I know, oh oh.
So don't forget as you ease on down the road.
So don't be alarmed if he takes you by the arm.
I won't let him win, but im a sucker for his charm.
Trouble is a friend,
yeah trouble is a friend of mine. Oh oh!
Oh how I hate the way he makes me feel.
And how I try to make him leave, I tryyyyy!
[bUnda.GSB]
♥ [4.13.1] ♥
Diposting oleh vhe jenkkellind di 19.57"aku memang tak pernah bisa memiliki ragamu, tapi aku pernah menjadi pemenang hatimu"
ThaNkz v0' aLL
Kau Menghilang
Perlahan-lahan
Kau datang mendekat
Menawarkan hatimu
'tuk berikan bahagia
Aku pun terpikat
Sisi hatiku pun tiada berbeda
Ingin tawarkan tempat untukmu
Berlindung untukmu berteduh
Tapi yang terjadi
Kau menaruh pedih di hatiku
Dan meninggalkanku
Tenggelam di samudra
Tanpa batas
Kau menghilang....
Kau menghilang....
Love is Punishment
Diposting oleh vhe jenkkellind di 19.55
Neoreul bojimalgeol geuraesseo
Dareun sesangeseo salgeoseul
Geujeo moreuneun sarameuro sandamyeon
Ireon apeumttawineun mollasseulteni..
Maeil maeil neoreul jiugo
Maeil maeil neoreul beoryeodo
Naemameun imi neoreul kkok sumginchae
Nohajuji anha sarangira bureumyeo..
Sarangeun haengbogira mitgo isseonneunde
Malmotaneun sarangeun haneuri jun beorilppuniya
Neoman saranghamyeon mami jeoryeoseo
Nunmulman humchimyeo saraganikka..
Neo ireoneun beoreul ijeosseo
Ibeurodo neoreul ijeosseo
Gakkeumssik sure chwihae naesarangeul malhaebeoril geot gata
Geuge geobi nal ppunya..
Sarangeun haengbogira mitgo isseonneunde
Malmotaneun sarangeun haneuri jun beorilppuniya
Neoman saranghamyeon mami jeoryeoseo
Nunmulman humchimyeo saraganikka..
Kkumeseo sarangeul halkka
Ulgo tto uldaga jichyeoseo
Jami deureo bojiman
Kkaego namyeon haruga neul ttokgateunde..
Neol saranghae ireoke saranghago isseo
Niga eomneun goseseo nammollae sarangeul malhaebwa
Hoksi niga deutgo daranalkkabwa
Amudo moreuge saranghajanha…
Cinta adaLaH Hukuman
Diposting oleh vhe jenkkellind di 19.42
Seandainya ku tak akan pernah boleh melihatmu
bila aku hidup di kehidupan lain
bila aku menjalani kehidupan sebagai orang lain
Segala Kesedihan yang begini,, aku tidak akan mengetahuinya
Setiap hari aku melupakanmu
Setiap hari aku meninggalkanmu
Dalam hati'ku sungguh aku telah merahasiakanmu
Tidak akan melepaskan untuk mengatakan kata cinta
aku percaya bahwa cinta membuat bahagia, namun
Ketidakmampuan mengatakan cinta adalah Hukuman dari Surga
Aku hanya mencintaimu, bila aku mencintaimu hatiku sangat nyeri
Hidup ini hanya ada air mata yang membuat luka
Seperti ini aku telah melupakan siksaan ini
Bibirku ( ucapanku )pun telah melupakanmu
Kadang2 saat mabuk seakan aku akan mengatakan cintaku
sungguh itu saat yang menakutkan..
Saya percaya bahwa cinta itu adalah kebahagiaan,namun..
ketidakmampuan mengucapkan kata cinta adalah surga yang hanya memberikan hukuman saja
Aku hanya mencintaumu, bila mencintaimu hatiku sangat nyeri
Hidup ini hanya ada airmata yang membuat luka,,
Akankah aku mencintaimu dalam mimpi..
Menangis dan menangis lagi hingga lelah sekali
Hingga tertidur, bangun dan kapanpun hari kembali seperti itu..
Seperti ini aku mencintaimu
Bila kau tak ada, aku mencoba mengatakan cinta
mungkin saja engkau mendengar dan kau akan lari dariku
<3 "APAPUN MEMBODOHKANKU BAHWA AKU MENCINTAIMU" <3
Jumat, 19 Februari 2010
Cinta Yang Terpenting
Diposting oleh vhe jenkkellind di 20.56
Namanya Aini. Sosok kecil yang baru berumur delapan bulan itu tengah berdiri di dalam box tempat tidurnya. Jemarinya yang kecil memegang erat pinggiran box, berusaha untuk tetap berdiri di atas kakinya yang belum kokoh. Ia tengah menatap Jane. Dan ketika Jane tersenyum padanya, wajah mungil nan manis itu langsung balas tersenyum. Saat itulah Jane jatuh cinta padanya. Jatuh cinta pada pemilik mata polos dan indah itu.
Aini tumbuh menjadi gadis muda yang ceria dan bahagia. Bundanya adalah seorang wanita yang penuh dengan kasih sayang dan kelembutan. Namun, pernah juga sekali ia menanyakan mengapa ia tak memiliki seorang Ayah. Bundanya berkata bahwa sang Ayah adalah seorang tentara yang telah meninggal dalam tugas. Sejak itu, Aini tak pernah lagi membicarakan topik tersebut, karena ia tak mau bundanya sedih. Pastilah sangat menyakitkan ditinggal sang kekasih, pikirnya.
Sampai suatu hari, ketika ia bertengkar dengan Dita, sepupunya jauhnya, yang juga sekelas dengannya. Persoalan sepele, namun tampaknya Dita begitu marah. Dita kemudian mengatakan sesuatu yang membuat Aini shock. Sesuatu yang tak ingin dipercayainya namun sekaligus membuat jantungnya berdetak begitu cepat. Ia langsung berlari ke kantor bundanya dan memaksa untuk masuk.
Saat itu jane sedang menemui seorang klien, namun karena mendengar dari Riris sekretarisnya bahwa Aini ingin bertemu dengannya untuk sebuah urusan mendesak, Jane minta diri sejenak dengan kliennya dan menemui Aini. Baginya, putrinya adalah yang terpenting dari segalanya.
"Ada apa, Nak?"
Wajah Aini merah dan tegang. Tampak menahan kemarahan.
"Dita bilang aku anak angkat."
Jane terhenyak kaget. Ia baru akan duduk di kursinya saat itu. Gerakannya langsung terhenti.
"Dita bilang aku tak punya Ayah. Ayahku yang Bunda bilang telah mati dalam tugas itu adalah karangan Bunda semata. Aku ini dipungut dari panti asuhan."
Wajah Jane memucat. Jantungnya seakan terhenti saat itu juga.
"Dita bilang Bunda berbohong padaku tentang semuanya. Dan Ayah bundaku tak pernah menginginkanku. Benarkah semua itu Bunda?" tanya Aini dengan nada mendesak.
Ia berharap bundanya menggeleng dan menghiburnya bahwa Dita hanya iri padanya sehingga mengucapkan kata-kata kosong itu. Ia berharap bundanya menyambar telepon di meja, menelepon Tante Giska, ibu Dita dan menegur wanita itu atas omong kosong anaknya. Tapi bundanya hanya berdiri terpaku, tak mampu berkata-kata.
"Bunda..." Aini tercekat. Debaran jantungnya semakin cepat. Keringat dingin mulai mengucur dari keningnya. "Jangan katakan semua yang dikatakan Dita benar."
Dan seperti mendengar berita kematian dirinya, Aini merasa dunianya runtuh seketika bersamaan dengan anggukan pelan bundanya.
"Aku anak angkat? Jadi Bunda selama ini membohongiku? Bunda bukan bundaku???"
"Aini, dengarkan penjelasan Bunda dulu..."
"Tidak!" Aini bangkit dari kursinya dengan kemarahan yang meluap. "Jadi ayahku tidak mati dalam tugas? Jadi siapa ayahku? Siapa bundaku???"
Jane mendekat, mencoba meraih Aini. Namun gadis muda itu menepis tangannya dengan kasar.
"Maafkan Bunda, Nak..."
"Kau jahat! Kau bukan bundaku! Aku benci padamu! Kau tak tahu apa yang kurasakan ini!" sembur Aini tanpa sadar lagi apa yang dikatakannya.
Jane terhenyak, airmatanya jatuh. "Nak, maafkan Bunda. Maafkan Bunda..." Hanya kata-kata itu yang mampu diucapkannya berulang-ulang.
"Siapa orangtuaku? Aku ingin tahu!"
Jane menggeleng sedih. "Bunda pun tak tahu, Nak. Bunda pun tak diberitahu. Tapi Bunda tak akan melarangmu mencari tahu."
Dan berbekal dari nama dan alamat panti asuhan tempat dulu dirinya diambil, Aini mendatangi tempat itu. Berharap bisa menemukan jejak kedua orangtuanya. Namun sayang, pengurus panti yang lama telah meninggal dunia. Panti itu sekarang dipimpin oleh seorang wanita setengah baya bernama Ibu Tini. Menurut Ibu Tini, lima tahun yang lalu panti tersebut ditimpa musibah kebakaran dan semua dokumen mengenai anak-anak yang pernah tinggal di sana telah hangus terbakar api, yang artinya tak ada jejak sedikitpun yang tertinggal bagi Aini. Hancur sudah harapannya. Seketika itu hidupnya gelap tak bercahaya.
Karena merasa putus asa dan marah, Aini kabur dari rumah dan tinggal di rumah Anna, sahabat karibnya.
Suatu sore, bundanya muncul di sana. Aini tak mau menemuinya. Akhirnya bundanya pulang dan hanya menitipkan sebuah tas ransel pada Anna untuk diberikan pada Aini. Tas itu berisi semua perlengkapan pribadi Aini, termasuk buku diary-nya dan boneka beruang kesayangannya yang sedari kecil menemaninya. Dan juga sejumlah uang. Jane tahu anaknya pergi dari rumah tanpa membawa apapun, karena itulah ia singgah untuk memberikan barang-barang tersebut. Sebenarnya ia ingin membujuk Aini untuk pulang, namun ia pikir mungkin Aini belum memaafkannya, karena itu Jane malah menyiapkan barang-barang Aini agar Aini tetap merasa nyaman selama berada di rumah Anna.
Tapi hati Aini tidak tergerak sedikitpun ketika menerima barang-barang tersebut. Ia tak mampu melihat cinta dan perhatian bundanya. Setelah beberapa hari di rumah Anna, Aini mulai merasa bosan dan berniat pergi ke rumah omanya. Namun sejenak ia merasa ragu, bukankah omanya kini bukan omanya lagi? Apakah omanya masih mau menerimanya? Lagipula harusnya ia merasa marah juga pada omanya yang selama ini juga ikut membohonginya. Namun karena rasa rindu pada wanita tua itu semakin menggebu di hatinya, akhirnya Aini membulatkan tekad untuk pergi ke sana.
Omanya menyambutnya seperti biasa. Pelukan yang erat, ciuman yang mesra di pipi kanan dan kiri dan secangkir teh manis. Tidak ada yang berbeda. Bahkan senyum dan mata wanita itu tetap memancarkan kelembutan dan kehangatan yang sama. Hanya saja Aini menjadi sedikit canggung, tak bisa melupakan kenyataan bahwa dirinya hanyalah seorang anak angkat. Seorang asing di tengah-tengah keluarga mereka. Harusnya omanya sudah mendengar dari bundanya bahwa dirinya telah tahu tentang rahasia itu.
"Oma sudah mendengar cerita dari Bunda?" tanya Aini ragu.
Omanya mengangguk. "Oma punya cerita untukmu. Kau mau mendengarnya?"
Aini mengangguk cepat. Rasa penasaran menguasainya seketika. Akankah Oma menceritakan kisah hidupnya?
"Waktu itu bulan Desember. Bundamu mengunjungi sebuah panti asuhan dengan niat memberi sumbangan. Saat itulah bundamu melihatmu di sana. Kau masih berumur delapan bulan. Sepulang dari sana, bundamu menyatakan keinginannya pada Oma dan Opa untuk mengadopsimu. Saat itu kami menentang keinginannya."
Oma berhenti sejenak melihat reaksi Aini. Gadis itu tampak menahan napas.
"Bukan kami tidak menyukaimu, kami bahkan belum sempat melihatmu. Tapi Jane waktu itu masih berumur dua puluh lima tahun dan belum menikah. Dia memang memiliki pekerjaan yang bagus sebagai pengacara, pasti mampu membiayaimu. Namun dia belum menikah. Kami khawatir, bila suatu hari nanti Jane jatuh cinta pada seorang lelaki, apakah dia akan dapat menikah dengan status memiliki seorang anak angkat? Akankah lelaki itu menerimanya? Tapi Jane berkeras dengan keinginannya. Ia bilang ia telah jatuh cinta padamu."
Mata Aini berkaca-kaca mendengar penuturan omanya. Ada rasa sesak membuncah dalam hatinya.
"Sebulan kemudian, Jane pulang membawamu. Dia benar, kau malaikat termanis yang pernah kami lihat. Dan kami juga ikut jatuh cinta padamu."
Airmata Aini jatuh. Rasa bersalah kini mendekapnya erat. Orang-orang ini, yang sama sekali tidak memiliki hubungan darah dengannya bisa mencintainya sedemikian besar?
"Dan semenjak itu, Jane tak pernah memiliki hubungan khusus dengan laki-laki. Lama kelamaan, Oma dan Opa tidak pernah menyesali hal itu lagi karena setelah melihat Jane yang menjadi seorang Ibu, betapa bahagianya dia, kami tak bisa tak ikut merasa bahagia. Dia telah menemukan hidupnya dalam dirimu."
Oma berdiri dan pindah duduk di samping Aini. Dipeluknya Aini seraya menghapus airmatanya.
"Tahukah kau kalau bundamu juga anak angkat?"
Aini terperangah tak percaya. "Anak angkat?"
Oma tersenyum dan mengangguk. Matanya memandang keluar, menerawang, seakan melihat lagi kilasan peristiwa di masa lalunya. "Dulu, setelah Oma menikah dengan kakekmu hampir lima tahun, kami tidak dikarunia seorang anakpun. Akhirnya kami memutuskan untuk mengadopsi seorang anak. Jane, bundamu. Kami menyayangi Jane seperti anak kami sendiri. Dan ketika Jane berusia dua puluh tahun, kami memutuskan untuk memberitahunya tentang jati dirinya. Awalnya bundamu terkejut, seperti juga reaksimu setelah tahu akan hal itu. Tapi setelah beberapa hari berlalu, bundamu datang berbicara pada Oma dan Opa. Kami bertanya apakah dia mau mencari orangtua aslinya? Kami bersedia membantu. Tapi bundamu menolak."
"Mengapa Bunda menolak?"
"Kata Bunda yang terpenting baginya bukan darah yang sama, tapi cinta yang ada di dalam hati kami dan hatinya." Oma mendekat,meletakkan tangannya di dada Aini. "Di sini. Cinta di dalam hati. Yang menyatukan kita semua sebagai satu keluarga."
Dan tangis Aini pun pecah. Ia teringat akan kata-kata kasar yang dilontarkannya pada bundanya beberapa hari yang lalu. Ia sungguh jahat, bundanya tak pantas menerima kata-kata itu. Bundanya tahu semua rasa yang dirasakannya karena bundanya pun sendiri pernah mengalami semua ini. Hanya saja bundanya tidak mempermasalahkan asal usulnya karena bundanya menghargai cinta yang begitu besar yang telah diberikan orangtuanya. Aini merasa malu. Malu karena tidak tahu akan pengorbanan bundanya untuknya. Malu karena lupa akan cinta bundanya untuknya. Bundanya benar, bukan darah yang terpenting. Cinta di hati lah yang terpenting. Cinta yang menyatukan mereka menjadi satu keluarga.